Profil Desa Gesang

_"INDONESIA_KERJA_BERSAMA"__GEMAH_RIPAH_LOH_JINAWI _[http://desagesang.blogspot.co.id/]__Mengucapkan_Selamat_HUT_RI_KE-72__DIRGAHAYU_INDONESIAKU_

Pintu Masuk Desa Gesang

Monumen SILVER GOLD MAN Ciri Khas Desa Gesang


PROFIL DESA
2.1.      Kondisi Desa
            2.1.1.  Sejarah Desa
            Sejarah desa ini dirangkum berdasarkan keterangan dari para sesepuh, pelaku sejarah perjuangan bangsa (Angkatan ’45) yang masih ada, dan anak keturunannya serta mantan kepala desa.
            Konon pada abad ke-14 di wilayah Tengger, sebuah legenda cerita rakyat berawal dari perkawinan antara SATIMO yang hanya rakyat jelata dengan DEWI RORO MENTRIK yang berasal dari Kasta Ksatria. Perkawinan “terlarang” itu tentu ditentang oleh para pembesar. Sehingga pasangan pengantin baru tersebut diusir keluar dari wilayah Tengger.
            Dengan membawa serombongan orang, SATIMO dan DEWI RORO MENTRIK berjalan keluar wilayah Tengger menuju ke arah selatan. Tujuan mereka adalah mencari dan membuka lahan baru untuk meneruskan kehidupan.
            Perjalanan panjang mereka akhirnya berhenti disebuah areal hutan yang dianggap cocok sebagai tempat tinggal. Tempat ini dikenal dengan sebutan Karang Dalem (tempat tinggal) yang sekarang menjadi bagian wilayah Desa Pulo Kecamatan Tempeh.
            Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka kemudian mulai membuka lahan pertanian. Semakin lama lahan yang dibuka semakin meluas ke arah barat. Dan sebagai tempat beristirahat, mereka kemudian mendirikan pondok-pondok kecil yang disebut dengan darung (tempat istirahat orang yang membuka lahan baru). Wilayah ini kemudian dikenal dengan Darungan yang merupakan cikal bakal wilayah desa. Setelah beberapa tahun berjalan, wilayah ini mereka sebut dengan pagesangan atau panguripan yang artinya sumber penghidupan.
            Seiring dengan berjalannya waktu, SATIMO dan DEWI RORO MENTRIK pun sudah beranak cucu. Keturunan mereka mempunyai tanda khusus berupa garis lurus yang menonjol sebesar lidi dijari tangannya. Ciri inilah yang kemudian membedakan mereka dengan warga baru yang datang dari luar wilayah.
            Semakin bertambahnya warga yang berada di wilayah ini, membuat SATIMO dan para laki-laki lainnya memutuskan untuk mencari lahan baru lagi. Mereka kemudian pergi ke arah timur dan konon ceritanya, sampai ke wilayah Puger dan Pulau Nusa Barong.
            Pada abad ke-18, pemerintah kolonial Belanda mulai membentuk pemerintahan di wilayah ini dengan mengangkat Kepala Desa pertama (waktu itu disebut Petinggi) yaitu DANUREJO. Sekaligus menetapkan nama wilayah ini menjadi Gesang yang berarti hidup, kata dasar dari pagesangan.
            Melengkapi sejarah desa ini, tabel berikut menunjukkan silsilah Kepala Desa Gesang.
Tabel II.1

No
N a m a
Masa Jabatan (Tahun)
1
DANUREJO
1872 – 1897
2
TAMAN WIROREJO
1897 – 1943
3
PRAMU
1943 – 1947
4
AMARU   
1947 – 1951
5
SURACHMAD WIRODIHARJO
1951 – 1983
6
SUKAMTONO
1983 – 1993
7
BAMBANG BIGYANTO,S.Sos
1993 – 2001
8
SUKAMTONO
2001 – 2006
9
AHMAD BAIDOWI RIDWAN,SH
2006 – 2012
10
KHUSNUL ROZIKAH
2013 – 2019
2.1.2.  Kondisi Geografi
                 Desa  Gesang terletak 5 Km disebelah barat Ibu Kota Kecamatan Tempeh dengan waktu tempuh + 15 menit. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten Lumajang 15 Km dengan waktu tempuh + 30 menit. Jarak ke Ibu Kota Provinsi Jawa Timur + 150 Km. Adapun batas-batas desa adalah sebagai berikut :
Ø  Utara                 : Desa Jokarto Kecamatan Tempeh
Ø  Timur                 : Desa Pulo Kecamatan Tempeh
Ø  Selatan             : Desa Sememu Kecamatan Pasirian
Ø  Barat                 : Desa Nguter Kecamatan Pasirian

Luas wilayah Desa Gesang adalah 641,508 Ha yang terdiri dari :
Tabel II.2
1.
Tanah pemukiman
         73,228 Ha
2.
Tanah sawah setengah teknis
       255,000 Ha
3.
Tanah tegal
       307,000 Ha
4.
Tanah untuk fasum (jalan, makam, sekolah dll)
           6,280 Ha

2.1.3.   Kondisi Demografi
Berdasarkan data administrasi kependudukan pada awal tahun 2014, rincian penduduk Desa Gesang sebagaimana tabel-tabel berikut :
Tabel II.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
 2.607 Orang
Perempuan
2.666 Orang
Jumlah
5.273 Orang
Kepala Keluarga Laki-laki
 1.146 KK
Kepala Keluarga Perempuan
214 KK
Jumlah
1.360 KK

Tabel II.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah
(orang)

Usia
Jumlah
(orang)
0 - < 12 bln
45

39 th
98
1 th
35

40 th
78
2 th
84

41 th
81
3 th
78

42 th
98
4 th
76

43 th
72
5 th
72

44 th
93
6 th
68

45 th
82
7 th
82

46 th
74
8 th
70

47 th
80
9 th
88

48 th
69
10 th
82

49 th
100
11 th
68

50 th
71
12 th
67

51 th
74
13 th
86

52 th
63
14 th
90

53 th
56
15 th
81

54 th
87
16 th
93

55 th
51
17 th
78

56 th
71
18 th
73

57 th
64
19 th
90

58 th
38
20 th
74

59 th
63
21 th
77

60 th
33
22 th
77

61 th
51
23 th
83

62 th
47
24 th
61

63 th
30
25 th
84

64 th
64
26 th
74

65 th
38
27 th
64

66 th
49
28 th
66

67 th
28
29 th
72

68 th
20
30 th
82

69 th
40
31 th
65

70 th
24
32 th
88

71 th
31
33 th
56

72 th
16
34 th
85

73 th
13
35 th
74

74 th
41
36 th
64

75 th
13
37 th
83

> 75 th
102
38 th
77

Jumlah
5.273
Tabel II.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Jenjang Pendidikan
Jumlah (orang)
Buta huruf usia > 12 tahun
684
PAUD / TK
471
Tidak Tamat SD / Sederajat
616
Belum Tamat SD / Sederajat
543
Tamat SD / Sederajat
2.409
Belum Tamat SLTP / Sederajat
2.169
Tamat SLTP / Sederajat
728
Belum Tamat SLTA / Sederajat
546
Tamat SLTA / Sederajat
487
Diploma I / II
21
Akademi / Diploma III / Sarjana Muda
18
Diploma IV / S I
73
S II / S III
6


2.1.4. Kondisi Sosial
            Hampir seluruh penduduk Desa Gesang adalah suku jawa. Hanya beberapa keluarga pendatang saja yang berasal dari keturunan suku madura dan suku sunda. Masyarakat Desa Gesang masih menjunjung tinggi adat istiadat yang telah ada sejak dulu. Ditandai dengan adanya kegiatan Sedekah Desa yang dilaksanakan setiap tahun di Bulan Suro (dalam kalender Jawa) atau Bulan Muharram (dalam kalender Islam). Hari yang dipilih adalah pada hari Kamis malam Jum’at Legi yang ada didalam bulan tersebut. Dengan dikoordinir para Ketua Rukun Tetangga (RT) dilingkungan masing-masing, warga masyarakat secara ikhlas memberikan sebagian rejeki mereka berupa nasi lengkap dengan lauk pauknya, ditambah dengan kue tradisional, untuk kemudian dibawa ke balai desa. Pada malam tasyakuran itu, aparat pemerintah desa bersama semua anggota lembaga desa, para sesepuh, para tokoh masyarakat dan tokoh agama berkumpul di balai desa untuk berdoa dengan tujuan mensyukuri atas limpahan karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
            Masih adanya slametan (memperingati hari kelahiran), tahlilan (mendoakan warga yang meninggal), tingkeban (upacara tujuh bulan kehamilan) menunjukkan kuatnya pengaruh budaya jawa-islam.  
            Penduduk Desa Gesang yang 99,8 % muslim masih tetap melestarikan organisasi sosial keagamaan dan kemasyarakatan yang bernama Rukun Kematian (Rukem). Sebuah organisasi yang bertujuan untuk membantu meringankan beban para anggota yang mendapat musibah sakit atau meninggal.
            Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat masih menjunjung rasa persaudaraan dan menjaga kerukunan antar warga. Ini dibuktikan dengan kebiasaan kerja bakti dan gotong royong (gugur gunung) dalam setiap kegiatan, serta budaya musyawarah (rembug deso) dalam menyelesaikan masalah yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak.
            Swadaya dan partisipasi warga desapun cukup besar. Hal itu bisa dilihat pada acara memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap tahun, sumbangan masyarakat Desa Gesang yang mencapai puluhan juta rupiah itu digunakan untuk membiayai kegiatan peringatan Hari Proklamasi tersebut.
            Demikian juga dalam peringatan hari besar islam, warga yang dikoordinir oleh panitia bekerjasama dengan pemerintah desa mengadakan pengajian akbar mengundang para penceramah lokal maupun luar kota.
            Warga Desa Gesang juga gandrung akan kesenian. Khususnya pada pagelaran wayang kulit dan penampilan kesenian khas Jawa Timur, yaitu ludruk. Bahkan seorang warga telah ada yang memiliki kesenian reog, sebagai sarana hiburan dalam acara hajat keluarga. Kesenian bernafaskan islam berupa kesenian hadroh pun ada dan mendapat tempat dikalangan generasi muda.
           
2.1.5.  Kondisi Ekonomi
            Kebanyakan mata pencaharian penduduk di Desa Gesang adalah pada sektor pertanian. Pada umumnya, mereka adalah petani padi dan palawija. Kecuali untuk yang memiliki modal cukup, mereka kadang juga menanam tanaman hortikultura.
            Selain itu, mata pencaharian penduduk adalah di sektor perdagangan, jasa, kerajinan emas dan perak serta sektor industri khususnya pada industri pengolahan kayu.
            Penerima program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang tahun lalu sejumlah 423 KK, berkurang menjadi 366 KK pada tahun ini. Sebanyak 202 KK tergolong Keluarga Pra Sejahtera, 912 KK tergolong Keluarga Sejahtera I, II, III dan 60 KK tergolong Keluarga Sejahtera III Plus.













Tabel II.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No
Pekerjaan
Jumlah (Orang)
1
Belum/Tidak bekerja
783
2
Mengurus Rumah Tangga
894
3
Pelajar/Mahasiswa
905
4
Pensiunan
33
5
Pegawai Negeri sipil
48
6
Tentara Nasional Indonesia
7
7
Kepolisian Republik Indonesia
2
8
Pedagang
289
9
Petani/Pekebun
477
10
Peternak
3
11
Industri
497
12
Konstruksi
3
13
Sopir
33
14
Karyawan Swasta
283
15
Karyawan Honorer
7
16
Buruh Harian Lepas
168
17
Buruh Tani/Perkebunan
235
18
Buruh Peternakan
3
19
Pembantu Rumah Tangga
6
20
Tukang Cukur
2
21
Tukang Batu
40
22
Tukang Kayu
15
23
Tukang Las/Pandai Besi
1
24
Tukang Jahit
63
25
Penata Rias
5
26
Mekanik
6
27
Seniman
1
28
Guru
33
29
Bidan
1
30
Perawat
2
31
Perangkat Desa
10
32
Kepala Desa
1
33
Wiraswasta
346

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peta Desa Gesang

Potensi Desa Gesang