Profil Desa Gesang
Pintu Masuk Desa Gesang |
Monumen SILVER GOLD MAN Ciri Khas Desa Gesang |
PROFIL DESA
2.1. Kondisi
Desa
2.1.1. Sejarah Desa
Sejarah
desa ini dirangkum berdasarkan keterangan dari para sesepuh, pelaku sejarah perjuangan bangsa (Angkatan ’45) yang masih
ada, dan anak keturunannya serta mantan kepala desa.
Konon
pada abad ke-14 di wilayah Tengger, sebuah legenda cerita rakyat berawal dari
perkawinan antara SATIMO yang hanya rakyat jelata dengan DEWI RORO MENTRIK yang
berasal dari Kasta Ksatria. Perkawinan “terlarang” itu tentu ditentang oleh
para pembesar. Sehingga pasangan pengantin baru tersebut diusir keluar dari
wilayah Tengger.
Dengan
membawa serombongan orang, SATIMO dan DEWI RORO MENTRIK berjalan keluar wilayah
Tengger menuju ke arah selatan. Tujuan mereka adalah mencari dan membuka lahan
baru untuk meneruskan kehidupan.
Perjalanan
panjang mereka akhirnya berhenti disebuah areal hutan yang dianggap cocok
sebagai tempat tinggal. Tempat ini dikenal dengan sebutan Karang Dalem (tempat tinggal) yang sekarang menjadi bagian wilayah
Desa Pulo Kecamatan Tempeh.
Untuk
memenuhi kebutuhan hidup, mereka kemudian mulai membuka lahan pertanian.
Semakin lama lahan yang dibuka semakin meluas ke arah barat. Dan sebagai tempat
beristirahat, mereka kemudian mendirikan pondok-pondok kecil yang disebut
dengan darung (tempat istirahat orang
yang membuka lahan baru). Wilayah ini kemudian dikenal dengan Darungan yang
merupakan cikal bakal wilayah desa. Setelah beberapa tahun berjalan, wilayah
ini mereka sebut dengan pagesangan
atau panguripan yang artinya sumber
penghidupan.
Seiring
dengan berjalannya waktu, SATIMO dan DEWI RORO MENTRIK pun sudah beranak cucu.
Keturunan mereka mempunyai tanda khusus berupa garis lurus yang menonjol
sebesar lidi dijari tangannya. Ciri inilah yang kemudian membedakan mereka
dengan warga baru yang datang dari luar wilayah.
Semakin
bertambahnya warga yang berada di wilayah ini, membuat SATIMO dan para
laki-laki lainnya memutuskan untuk mencari lahan baru lagi. Mereka kemudian
pergi ke arah timur dan konon ceritanya, sampai ke wilayah Puger dan Pulau Nusa
Barong.
Pada abad
ke-18, pemerintah kolonial Belanda mulai membentuk pemerintahan di wilayah ini
dengan mengangkat Kepala Desa pertama (waktu itu disebut Petinggi) yaitu DANUREJO. Sekaligus menetapkan nama wilayah ini
menjadi Gesang yang berarti hidup, kata dasar dari pagesangan.
Melengkapi
sejarah desa ini, tabel berikut menunjukkan silsilah Kepala Desa Gesang.
Tabel II.1
No
|
N a m a
|
Masa Jabatan (Tahun)
|
1
|
DANUREJO
|
1872
– 1897
|
2
|
TAMAN WIROREJO
|
1897
– 1943
|
3
|
PRAMU
|
1943
– 1947
|
4
|
AMARU
|
1947
– 1951
|
5
|
SURACHMAD WIRODIHARJO
|
1951
– 1983
|
6
|
SUKAMTONO
|
1983
– 1993
|
7
|
BAMBANG BIGYANTO,S.Sos
|
1993
– 2001
|
8
|
SUKAMTONO
|
2001
– 2006
|
9
|
AHMAD BAIDOWI RIDWAN,SH
|
2006
– 2012
|
10
|
KHUSNUL ROZIKAH
|
2013
– 2019
|
2.1.2. Kondisi Geografi
Desa Gesang terletak 5 Km disebelah barat Ibu Kota Kecamatan Tempeh dengan waktu tempuh + 15 menit. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten Lumajang 15 Km dengan waktu tempuh + 30 menit. Jarak ke Ibu Kota Provinsi Jawa Timur + 150 Km. Adapun batas-batas desa adalah sebagai berikut :
Desa Gesang terletak 5 Km disebelah barat Ibu Kota Kecamatan Tempeh dengan waktu tempuh + 15 menit. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten Lumajang 15 Km dengan waktu tempuh + 30 menit. Jarak ke Ibu Kota Provinsi Jawa Timur + 150 Km. Adapun batas-batas desa adalah sebagai berikut :
Ø Utara : Desa Jokarto
Kecamatan Tempeh
Ø Timur : Desa Pulo Kecamatan
Tempeh
Ø Selatan : Desa Sememu Kecamatan
Pasirian
Ø Barat : Desa Nguter
Kecamatan Pasirian
Luas wilayah Desa Gesang adalah 641,508 Ha yang terdiri
dari :
Tabel II.2
1.
|
Tanah pemukiman
|
73,228 Ha
|
2.
|
Tanah sawah
setengah teknis
|
255,000 Ha
|
3.
|
Tanah tegal
|
307,000 Ha
|
4.
|
Tanah untuk fasum
(jalan, makam, sekolah dll)
|
6,280 Ha
|
2.1.3. Kondisi Demografi
Berdasarkan
data administrasi kependudukan pada awal tahun 2014, rincian penduduk Desa
Gesang sebagaimana tabel-tabel berikut :
Tabel
II.3
Jumlah
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
|
2.607 Orang
|
Perempuan
|
2.666 Orang
|
Jumlah
|
5.273
Orang
|
Kepala
Keluarga Laki-laki
|
1.146 KK
|
Kepala
Keluarga Perempuan
|
214 KK
|
Jumlah
|
1.360
KK
|
Tabel II.4
Jumlah
Penduduk Berdasarkan Usia
Usia
|
Jumlah
(orang)
|
Usia
|
Jumlah
(orang)
|
|
0 - <
12 bln
|
45
|
39 th
|
98
|
|
1 th
|
35
|
40 th
|
78
|
|
2 th
|
84
|
41 th
|
81
|
|
3 th
|
78
|
42 th
|
98
|
|
4 th
|
76
|
43 th
|
72
|
|
5 th
|
72
|
44 th
|
93
|
|
6 th
|
68
|
45 th
|
82
|
|
7 th
|
82
|
46 th
|
74
|
|
8 th
|
70
|
47 th
|
80
|
|
9 th
|
88
|
48 th
|
69
|
|
10 th
|
82
|
49 th
|
100
|
|
11 th
|
68
|
50 th
|
71
|
|
12 th
|
67
|
51 th
|
74
|
|
13 th
|
86
|
52 th
|
63
|
|
14 th
|
90
|
53 th
|
56
|
|
15 th
|
81
|
54 th
|
87
|
|
16 th
|
93
|
55 th
|
51
|
|
17 th
|
78
|
56 th
|
71
|
|
18 th
|
73
|
57 th
|
64
|
|
19 th
|
90
|
58 th
|
38
|
|
20 th
|
74
|
59 th
|
63
|
|
21 th
|
77
|
60 th
|
33
|
|
22 th
|
77
|
61 th
|
51
|
|
23 th
|
83
|
62 th
|
47
|
|
24 th
|
61
|
63 th
|
30
|
|
25 th
|
84
|
64 th
|
64
|
|
26 th
|
74
|
65 th
|
38
|
|
27 th
|
64
|
66 th
|
49
|
|
28 th
|
66
|
67 th
|
28
|
|
29 th
|
72
|
68 th
|
20
|
|
30 th
|
82
|
69 th
|
40
|
|
31 th
|
65
|
70 th
|
24
|
|
32 th
|
88
|
71 th
|
31
|
|
33 th
|
56
|
72 th
|
16
|
|
34 th
|
85
|
73 th
|
13
|
|
35 th
|
74
|
74 th
|
41
|
|
36 th
|
64
|
75 th
|
13
|
|
37 th
|
83
|
> 75
th
|
102
|
|
38 th
|
77
|
Jumlah
|
5.273
|
Tabel
II.5
Jumlah
Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Jenjang Pendidikan
|
Jumlah (orang)
|
Buta huruf
usia > 12 tahun
|
684
|
PAUD / TK
|
471
|
Tidak
Tamat SD / Sederajat
|
616
|
Belum
Tamat SD / Sederajat
|
543
|
Tamat SD /
Sederajat
|
2.409
|
Belum
Tamat SLTP / Sederajat
|
2.169
|
Tamat SLTP
/ Sederajat
|
728
|
Belum
Tamat SLTA / Sederajat
|
546
|
Tamat SLTA
/ Sederajat
|
487
|
Diploma I /
II
|
21
|
Akademi / Diploma
III / Sarjana Muda
|
18
|
Diploma IV
/ S I
|
73
|
S II / S
III
|
6
|
2.1.4.
Kondisi Sosial
Hampir seluruh penduduk Desa Gesang
adalah suku jawa. Hanya beberapa keluarga pendatang saja yang berasal dari keturunan suku madura dan suku
sunda. Masyarakat Desa Gesang masih menjunjung tinggi adat istiadat yang telah ada
sejak dulu. Ditandai dengan adanya kegiatan Sedekah Desa yang dilaksanakan
setiap tahun di Bulan Suro (dalam
kalender Jawa) atau Bulan Muharram
(dalam kalender Islam). Hari yang dipilih adalah pada hari Kamis malam Jum’at Legi yang ada didalam bulan tersebut.
Dengan dikoordinir para Ketua Rukun Tetangga (RT) dilingkungan masing-masing,
warga masyarakat secara ikhlas memberikan sebagian rejeki mereka berupa nasi
lengkap dengan lauk pauknya, ditambah dengan kue tradisional, untuk kemudian
dibawa ke balai desa. Pada malam tasyakuran itu, aparat pemerintah desa bersama
semua anggota lembaga desa, para sesepuh,
para tokoh masyarakat dan tokoh agama berkumpul di balai desa untuk berdoa
dengan tujuan mensyukuri atas limpahan karunia dari Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Masih adanya slametan (memperingati hari kelahiran), tahlilan (mendoakan warga yang meninggal), tingkeban (upacara tujuh bulan kehamilan) menunjukkan kuatnya
pengaruh budaya jawa-islam.
Penduduk
Desa Gesang yang 99,8 % muslim masih tetap melestarikan organisasi sosial
keagamaan dan kemasyarakatan yang bernama Rukun Kematian (Rukem). Sebuah
organisasi yang bertujuan untuk membantu meringankan beban para anggota yang
mendapat musibah sakit atau meninggal.
Dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat masih menjunjung rasa persaudaraan dan
menjaga kerukunan antar warga. Ini dibuktikan dengan kebiasaan kerja bakti dan
gotong royong (gugur gunung) dalam setiap kegiatan, serta budaya musyawarah (rembug deso) dalam menyelesaikan masalah
yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak.
Swadaya dan partisipasi
warga desapun cukup besar. Hal
itu bisa dilihat pada acara memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik
Indonesia. Setiap tahun, sumbangan masyarakat Desa Gesang yang mencapai puluhan
juta rupiah itu digunakan untuk membiayai kegiatan peringatan Hari Proklamasi
tersebut.
Demikian juga dalam peringatan hari
besar islam, warga yang dikoordinir oleh panitia bekerjasama dengan pemerintah
desa mengadakan pengajian akbar mengundang para penceramah lokal maupun luar kota.
Warga Desa Gesang juga gandrung akan kesenian. Khususnya pada
pagelaran wayang kulit dan penampilan kesenian khas Jawa Timur, yaitu ludruk.
Bahkan seorang warga telah ada yang memiliki kesenian reog, sebagai sarana
hiburan dalam acara hajat keluarga. Kesenian bernafaskan islam berupa kesenian hadroh pun ada dan mendapat tempat
dikalangan generasi muda.
2.1.5. Kondisi Ekonomi
Kebanyakan mata pencaharian penduduk
di Desa Gesang adalah pada sektor pertanian. Pada umumnya, mereka adalah petani
padi dan palawija. Kecuali untuk yang memiliki modal cukup, mereka kadang juga
menanam tanaman hortikultura.
Selain itu, mata pencaharian
penduduk adalah di sektor perdagangan, jasa, kerajinan emas dan perak serta
sektor industri khususnya pada industri pengolahan kayu.
Penerima program Beras
untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang tahun lalu sejumlah 423 KK, berkurang
menjadi 366 KK pada tahun ini. Sebanyak 202 KK tergolong Keluarga Pra Sejahtera,
912 KK tergolong Keluarga Sejahtera I, II, III dan 60 KK tergolong Keluarga
Sejahtera III Plus.
Tabel II.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No
|
Pekerjaan
|
Jumlah (Orang)
|
1
|
Belum/Tidak
bekerja
|
783
|
2
|
Mengurus Rumah
Tangga
|
894
|
3
|
Pelajar/Mahasiswa
|
905
|
4
|
Pensiunan
|
33
|
5
|
Pegawai Negeri
sipil
|
48
|
6
|
Tentara Nasional
Indonesia
|
7
|
7
|
Kepolisian
Republik Indonesia
|
2
|
8
|
Pedagang
|
289
|
9
|
Petani/Pekebun
|
477
|
10
|
Peternak
|
3
|
11
|
Industri
|
497
|
12
|
Konstruksi
|
3
|
13
|
Sopir
|
33
|
14
|
Karyawan Swasta
|
283
|
15
|
Karyawan
Honorer
|
7
|
16
|
Buruh Harian
Lepas
|
168
|
17
|
Buruh
Tani/Perkebunan
|
235
|
18
|
Buruh
Peternakan
|
3
|
19
|
Pembantu Rumah
Tangga
|
6
|
20
|
Tukang Cukur
|
2
|
21
|
Tukang Batu
|
40
|
22
|
Tukang Kayu
|
15
|
23
|
Tukang
Las/Pandai Besi
|
1
|
24
|
Tukang Jahit
|
63
|
25
|
Penata Rias
|
5
|
26
|
Mekanik
|
6
|
27
|
Seniman
|
1
|
28
|
Guru
|
33
|
29
|
Bidan
|
1
|
30
|
Perawat
|
2
|
31
|
Perangkat Desa
|
10
|
32
|
Kepala Desa
|
1
|
33
|
Wiraswasta
|
346
|
Komentar
Posting Komentar